www.seaweed.undip.ac.id |
Dewasa ini perhatian
masyarakat akan kesehatan begitu besar, hal ini mendasari pola konsumsi makanan
yang tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan gisinya saja akan tetapi mempunyai
peranan yang mampu mengurangi resiko penyakit seperti cardiopathies, obesitas, osteoporosis,
cancer, diabetes, allergies and
stress (Cencic and Chingwaru. 2010; Shahidi, F. 2009). Pangan yang mempunyai
sifat tersebut dikategorikan sebagai pangan fungsional, pangan fungsional dapat
dihasilkan dari makanan darat seperti buah-buahan, sayur-sayuran, sereal dan
jamur) serta organisme perairan seperti ikan, karang, makro dan mikro alga.
Pesatnya dunia industri seperti sekarang ini telah menjadikan makanan darat terekspose
dengan komponen bioaktif yang bersifat merugikan bila dibandingkan dengan
makanan yang dihasilkan dari perairan(Freitas, Ana. C., et al. 2012: Rasmussen
and Morrisey, 2007). Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa organisme perairan
banyak mengandung omega 3, kitin, kitosan, kolagen, karotenoid, protein
hidrolisat, taurin dan beberapa senyawa bioaktif yang dapat meningkatkan
kesehatan manusia. Ikan maupun hasil samping ikan dan mikroalga mengandung
minyak omega 3, kitin dan kitosan yang dapat bersifat sebagai antioksidan dan
merangsang sistem imunitas tubuh. Alga, sargassum
sebagai sumber dietary fiber yang
bagus dan karotenoid sebagai antioksidan yang berperan penting dalam melindungi
penyakit neurodegenerative. Mikroalga
mempunya senyawa bioaktif, PUFA, karotenoid, klorofil yang dapat meningkatkan
profil nutrisi pada makanan yang ditambahkan komponen ini. Ikan maupun hasil
samping ikan mengandung kaya protein, senyawa aktif peptida yang dapat
mengurangi resiko penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Kandungan
senyawa pada hasil perairan tersebut menjadikan eksplorasi hasil perairan
sangat menjanjikan. Eksplorasi tersebut membutuhkan pengembangan bioteknologi
yang nantinya mampu dalam menyediakan pangan fungsional bagi masyarakat.
Bioteknologi sendiri
didefinisikan sebagai “semua aplikasi teknologi yang menggunakan sistem
biologis, organisme hidup / kehidupan organisme itu sendiri atau
derivat-derivatnya untuk membuat dan atau memodifikasi produk atau proses yang kegunaannya
sangat spesifik (www.fao.org/biotech/fao-statement-onbiotechnology/en). Lingkup bioteknologi perikanan diklasifikasikan menjadi dua yaitu 1). Proses bioteknologi itu sendiri
seperti bioreaktor, fermentasi, dan bioproses. Contohnya seperti budidaya / cell factories pada organisme makro dan
mikro alga, diatom dan cyanobacter dengan
sistem open ponds / tanks (raceway ponds, shallow ponds, dan circular ponds),
reactors (photobioreactors dan fermenters) untuk menghasilkan karotenoid,
polisakarida, dan asam lemak omega 3. Bioproses ikan maupun hasil samping ikan
dengan cara hidrolisis enzimatis untuk menghasilkan protein, senyawa biaktif
peptida, asam amino, kitin dan kitosan. Serta melalui proses ekstraksi
(tradisional, subcritical fluid extraction, dan supercritical fluid extraction)
untuk menghasilkan enzim, kitosan, karotenoid, polisakarida, asamlemak omega 3
dan senyawa fenol. 2). Biologi
molekuler, yang meliputi DNA extraction dan isolation, metagenoma, cloned in
host, sequence based screening yang menghasilkan gene identification dan
functional based screening yang menghasilkan enzim atau hasil metabolit
lainnya.
Reference
Cencic A., Chingwaru, W. 2010. The Role of Functional
Foods, Nutraceuticals and Food Supplements in Intestinal Health. Nutrients. 2 :
611-625.
Freitas, Ana. C., Dina Rodrigues., Teresa A. P. Rocha –
Santos., Ana M. P. Gomes., Armando C. Duarte. 2012. Marine Biotechnology
Advances Towards Application in New Functional Foods. Biotechnology Advances.
30. 1506 – 1515.
Rassmusen, RS., Morrisey M. 2007. Marine Biotechnology
For Production of Food Ingredients. Adv Food Nutr Res. 52. 237-92.
Shahidi, F. 2009. Nutraceuticals and Functional Foods :
Whole Versus Processed Foods Trend Food Sci Technol. 20: 376-387.