Friday, October 31, 2014

Peranan Bioteknologi Hasil Perikanan Dalam Menyediakan Pangan Fungsional

www.seaweed.undip.ac.id
Dewasa ini perhatian masyarakat akan kesehatan begitu besar, hal ini mendasari pola konsumsi makanan yang tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan gisinya saja akan tetapi mempunyai peranan yang mampu mengurangi resiko penyakit seperti cardiopathies, obesitas, osteoporosis, cancer, diabetes, allergies and stress (Cencic and Chingwaru. 2010; Shahidi, F. 2009). Pangan yang mempunyai sifat tersebut dikategorikan sebagai pangan fungsional, pangan fungsional dapat dihasilkan dari makanan darat seperti buah-buahan, sayur-sayuran, sereal dan jamur) serta organisme perairan seperti ikan, karang, makro dan mikro alga. Pesatnya dunia industri seperti sekarang ini telah menjadikan makanan darat terekspose dengan komponen bioaktif yang bersifat merugikan bila dibandingkan dengan makanan yang dihasilkan dari perairan(Freitas, Ana. C., et al. 2012: Rasmussen and Morrisey, 2007). Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa organisme perairan banyak mengandung omega 3, kitin, kitosan, kolagen, karotenoid, protein hidrolisat, taurin dan beberapa senyawa bioaktif yang dapat meningkatkan kesehatan manusia. Ikan maupun hasil samping ikan dan mikroalga mengandung minyak omega 3, kitin dan kitosan yang dapat bersifat sebagai antioksidan dan merangsang sistem imunitas tubuh. Alga, sargassum sebagai sumber dietary fiber yang bagus dan karotenoid sebagai antioksidan yang berperan penting dalam melindungi penyakit neurodegenerative. Mikroalga mempunya senyawa bioaktif, PUFA, karotenoid, klorofil yang dapat meningkatkan profil nutrisi pada makanan yang ditambahkan komponen ini. Ikan maupun hasil samping ikan mengandung kaya protein, senyawa aktif peptida yang dapat mengurangi resiko penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Kandungan senyawa pada hasil perairan tersebut menjadikan eksplorasi hasil perairan sangat menjanjikan. Eksplorasi tersebut membutuhkan pengembangan bioteknologi yang nantinya mampu dalam menyediakan pangan fungsional bagi masyarakat.
Bioteknologi sendiri didefinisikan sebagai “semua aplikasi teknologi yang menggunakan sistem biologis, organisme hidup / kehidupan organisme itu sendiri atau derivat-derivatnya untuk membuat dan atau memodifikasi produk atau proses yang kegunaannya sangat spesifik (www.fao.org/biotech/fao-statement-onbiotechnology/en). Lingkup bioteknologi perikanan diklasifikasikan menjadi dua yaitu 1). Proses bioteknologi itu sendiri seperti bioreaktor, fermentasi, dan bioproses. Contohnya seperti budidaya / cell factories pada organisme makro dan mikro alga, diatom dan cyanobacter dengan sistem open ponds / tanks (raceway ponds, shallow ponds, dan circular ponds), reactors (photobioreactors dan fermenters) untuk menghasilkan karotenoid, polisakarida, dan asam lemak omega 3. Bioproses ikan maupun hasil samping ikan dengan cara hidrolisis enzimatis untuk menghasilkan protein, senyawa biaktif peptida, asam amino, kitin dan kitosan. Serta melalui proses ekstraksi (tradisional, subcritical fluid extraction, dan supercritical fluid extraction) untuk menghasilkan enzim, kitosan, karotenoid, polisakarida, asamlemak omega 3 dan senyawa fenol. 2). Biologi molekuler, yang meliputi DNA extraction dan isolation, metagenoma, cloned in host, sequence based screening yang menghasilkan gene identification dan functional based screening yang menghasilkan enzim atau hasil metabolit lainnya.


Reference
Cencic A., Chingwaru, W. 2010. The Role of Functional Foods, Nutraceuticals and Food Supplements in Intestinal Health. Nutrients. 2 : 611-625.
Freitas, Ana. C., Dina Rodrigues., Teresa A. P. Rocha – Santos., Ana M. P. Gomes., Armando C. Duarte. 2012. Marine Biotechnology Advances Towards Application in New Functional Foods. Biotechnology Advances. 30. 1506 – 1515.
Rassmusen, RS., Morrisey M. 2007. Marine Biotechnology For Production of Food Ingredients. Adv Food Nutr Res. 52. 237-92.

Shahidi, F. 2009. Nutraceuticals and Functional Foods : Whole Versus Processed Foods Trend Food Sci Technol. 20: 376-387.

Monday, September 15, 2014

Fermentasi Ikan






Sumber : www.casavina.com
Ikan sebagai bahan pangan fungsional mempunyai sifat cepat rusak (highly perishable), untuk memanfaatkan sifat fungsional tersebut manusia telah banyak belajar dengan alam dengan mengolah menjadi beberapa produk olahan  yang mempunyai karakteristik masing-masing. Salah satu proses pengolahan ikan adalah fermentasi, fermentasi didefinisikan sebagai proses pemecahan molekul organik kompleks (seperti protein) menjadi komponen sederhana atau penyusunnya (asam amino) dengan bantuan mikroorganisme. Mikroba yang ditambahkan bersifat antagonis dengan menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk yang terdapat pada ikan / bahan yang difermentasikan. Mekanisme bakteri antagonis menghambat bakteri patogen dengan cara :
a.     Persaingan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba.
b.     Penurunan pH lingkungan sehingga aktivitas metabolisme bakteri pembusuk terganggu.
c.     Produksi hasil metabolit yang bersifat racun bagi bakteri pembusuk.
Jenis bakteri antagonis yang sering digunakan pada proses fermentasi ikan adalah Lactobacillus plantarum jenis Bakteri Asam Laktat (BAL) dan golongan bakteri Halophili. Berdasarkan penelitian Lee,et al. (2014) produk fermentasi udang (saeu-jeot = Korea) yang difermentasi dengan menambahkan garam + 25 % (w/v) pada masing-masing suhu (100C, 150C, 200C dan 250C) menunjukkan bahwa mikroorganisme awal proses fermentasi didominasi golongan Proteobacteria seperti Pseudoalteromonas, Photobacterium, Vibrio, Aliivibrio dan Enterovibrio kemudian digantikan dengan golongan Firmicutes (Psychrobacter, Staphylococcus, Salimicrobium, dan Alkalibacillus) serta golongan Halanaerobium yang bertanggung jawab menghasilkan senyawa karbonil seperti glukosa, gliserol, laktat, asetat, butirat dan metilamine.
Secara umum karakteristik penting yang harus dimiliki mikroba dalam proses fermentasi adalah :
a.     Mikroba harus mampu tumbuh dengan cepat dalam suatu substrat dan lingkungan yang cocok serta mudah dibudidayakan dalam jumlah besar.
b.     Mempunyai kemampuan untuk mengatur ketahanan fisiologis menghadapi kondisi seperti tersebut diatas dan mampu menghasilkan enzim-enzim esensial dengan mudah dan cepat dalam jumlah besar agar kondisi yang diinginkan dapat tercapai.
c.     Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi maksimum secara komparatif harus sederhana.

Perubahan Biokimia yang Terjadi Selama Proses Fermentasi (Xu, W. et al. 2008)
1.      Perubahan pH
pH pada produk fermentasi ikan dijadikan indikator untuk daya awet produk. Perubahan pH disebabkan oleh produksi asam dan alkalin Volatil Base Nitrogen (VBN) oleh aktifitas bakteri. pH juga berperan menghasilkan rasa asam pada produk akhir fermentasi.
2.      Perubahan Formaldehide Nitrogen
Formaldehide nitrogen digunakan sebagai indek untuk mengklasifikasikan kualitas kecap ikan, senyawa ini memegang peran penting sebagai indikator derajat penuaan (aging) atau putrefaction dan pembentukan rasa yang optimum. Peningkatan formaldehide nitrogen selama proses fermentasi berlangsung disebabkan karena senyawa protein terhidrolisa secara bertahap oleh aktifitas bakteri proteolitik atau enzim proteinase yang terdapat pada tubuh ikan.
3.      Perubahan Total Volatile Base Nitrogen (TVB-N) dan Kadar Garam
TVBN mengalami peningkatan karena proses autolisis yang terjadi selama proses fermentasi. Garam pada proses fermentasi memegang peran penting karena dapat memberikan citarasa dan aroma padaproduk fermentasi yang dihasilkan, meningkatkan laju perombakan protein, meningkatkan nilai nutrisi produk fermentasi, dan sebagai akselerator proses fermentasi. Akan tetapi kadar garam yang berlebihan pada proses fermentasi justru akan memperlambat proses enzimatik dan juga menyebabkan daging ikan menjadikeras karena pengaruh tekanan osmotik yang semakin tinggi.
4.      Asam Amino
Asam amino terbentuk karena proses autolisis pemecahan protein menjadi komponen sederhana yaitu peptida maupun asam amino. Asam amino glutamat, aspartat, sistein, leusin dan alanin adalah asam amino yang dominan pada kecap ikan. Asam amino memberikan rasa dan aroma khas produk fermentasi, seperti glutamat memberikan aroma khas daging; glisin, alanin, serin dan threonin memberikan rasa manis pada produk.

Produk hasil fermentasi mempunyai ciri yang berbeda dengan produk olahan ikan lainnya seperti : aroma (flavour) khas yang sangat kuat dari produk, bentuk yang sedikit berbeda dengan bahan baku awalnya (pasta) hingga ke bentuk yang berbeda dengan aslinya (kecap ikan), nilai nutrisi dan biological availability meningkat serta menurunnya zat anti nutrisi. Berikut beberapa produk fermentasi ikan di Indonesia :

1.      Terasi
Terasi merupakan produk fermentasi ikan atau udang (rebon) dalam bentuk 
pasta. Terasi sangat populer dimasyarakat Indonesia maupun Asia Tenggara karena digunakan sebagai bumbu atau pelengkap masakan masyarakat Indonesia maupun Asia Tenggara. Kandungan gisi terasi untuk terasi dari udang adalah 27 - 30%, kadar air 50 – 70%, dan garam 15 – 20%, sedangkan terasi dari ikan adalah 20 – 45%, kadar air 35 – 50% dan garam 10 – 25%. Mikroba yang terdapat pada terasi adalah Micrococcus, Aerococcus, Cornyebacterium, Flavobacetrium, Cytophaga, Bacillus, Halobacterium dan Acinetobacter dan beberapa jenis kapang. Selama fermentasi berlangsung terjadi perombakan protein menjadi senyawa sederhana seperti protease, pepton, peptida dan asam amino.

2.      Kecap Ikan
Produk fermentasi ikan yang berbentu cair, beda dengan kecap yang dihasilkan dari kedelai. Kecap ikan berwarna jernih kekuningan hingga coklat muda dengan rasa yang asin relatifkuat dan bau khas ikan. Pembuatan kecap ikan dengan cara menambahkan garam pada ikan kemudian difermentasikan dalam wadah tertutp selama beberapa minggu bahkan bulan, dari hasil fermentasi ini terbentuk cairan dan cairan inilah yang disebut kecap ikan. Mikroba yang terdapat pada kecapikan adalah bakteri dari golongan Halobacterium, Aspergilus fumigatus, Penicillium notatum, Micrococcus varians dan Micrococcus saprophyticus.

3.      Peda
Produk fermentasi ikan (biasanya berkadar lemak tinggi seperti ikan Kembung, ikan Layang, ikan Selar, ikan Mas dan ikan Mujahir) yang difermentasikan dengan penambahan garam (20 – 25%) dalam wadah yang tertutup selama 1-2 hari dan dilanjutkan proses fermentasi selama 1 minggu atau bahkan satu bulan tergantung dari citarasa yang diinginkan. Produk ikan peda memiliki karakteristik daging berwarna kemerahan segar, tekstur daging sedikit keras namun liat. Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi peda dari jenis Halobacterium, Acinetobacter, Flavobacterium, Cytophaga, Micrococcus, dan Corynebacterium. Selama proses fermentasi berlangsung terjadi perubahan penurunan kadar air akibat perlakuan garam yang diberikan sehingga didapatkan tekstur ikan peda sedikit keras namun liat. Terbentuk citarasa dan aroma khas produk yang terbentuk dari proses perombakan senyawa protein dan lemak menjadi senyawa metil keton dan butil aldehid. Kandungan gisi ikan peda adalah Kadar protein 20-22%, kadar lemak 7-14 % dan kadar NaCl 15-17%. Ikan peda biasanya dikonsumsi oleh masyarakat menjadi pepes, sayur oseng, maupun beberapa masakan khas lainnya sesuai daerah masing-masing.

4.      Picungan
Produk khas provinsi Banten (Kab. Pandeglang, Kab. Labuhan dan Kab. Lebak) berupa fermentasi ikan menggunakan buah picung (Pangium edule). Ikan yang biasa diolah adalah ikan Layang, ikan Kembung, Teri, ikan Layur, ikan Tiga Waja, ikan Pari dan ikan Cucut. Biji picung yang digunakan sebaiknya masih mentah, biji picung menjadi sumber karbohidrat yang akan dirombak oleh bakteri asam laktat. Asam sianida yang terkandung pada biji picung berasal dari senyawa giniokardin glukosa. Proses pembuatannya cukup sederhana, ikan yang telah dicuci disiangi, dipotong-potong (ikan ukuran besar) atau utuh sesuai dengan yang diinginkan, kemudian dicampur picung dan garam dengan perbandingan ikan : picung : garam (4 : 2 : 1) dan disusun dalam keranjang yang telah dilapisi daun pisang, difermentasikan selama (2-7 hari). Picungan biasanya dikonsumsi dengan cara digoreng, dipepes maupun dimasak sesuai selera yang diinginkan. Nilai gisi yang dihasilkan (kadar air 64-66%, kadar protein 20-22%, kadar lemak 2-3%, kadar abu 4-6% dan pH 5,26) (BBRP2BKP). Penelitian Irianto (2003), menunjukkan bahwa jenis mikroba yang terdapat pada picungan adalah bakteri asam laktat dari genus Lactobacillus dan Lactobacillus murinus.

5.      Bekasam
Bekasam merupakan produk hasil fermentasi ikan yang diproses dengan menambahkan sumber karbohidrat (biasanya nasi atau beras ketan yang telah ditambahkan ragi tape) yang nantinya dirombak menjadi gula sederhana, alkohol dan asam yang berperan menciptakan rasa dan aroma yang khas. Jenis ikan yang digunakan dapat bervariasi tetapi kebanyakan yang digunakan jenis ikan air tawar seperti ikan Lele, ikan Mas, ikan Nila, ikan Mujahir, dan ikan Wader. Proses pembuatannya seperti berikut : ikan dicuci dan disiangi, dibelah menjadi kupu-kupu, direndam dalam larutan garam (10-16%) selama + 2 hari kemudian difermentasikan dengan nasi (25-50% dari berat ikan) dalam kondisi anaerob selama 1 minggu atau lebih. Bakteri yang terdapat pada bekasam dari jenis Lactobacillus coryneformis dan Lactobacillus spp. Komposisi gisi bekasem yang dihasilkan adalah kadar air (55-68%), kadar protein (4-7%), kadar lemak (5-6%), kadar abu (6-8%) dan pH berkisar antara 4,5 – 4,9 (BBRP2BKP).

6.      Cincalok
Cincalok merupakan produk fermentasi ikan berukuran kecil asal daerah Bengkalis Prov Riau, Melayu (Penang, Malaysia), Pontianak (mencalok), dan Bangka (rusip). Proses pengolahan ampir sama dengan bekasam yaitu difermentasi dengan nasi / tepung tapioka, garam dan sedikit gula. Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi cincalok adalah Lactobacillus coryneformis, Pediococcus damnosus, dan Pediococcus sp (Sugiyono et al, 1991). Kandungan gisi cincalok meliputi kadar protein 16,23%, kadar lemak 1,57%, kadar abu 12,43% dan pH 4,82.

7.      Naniura
Produk fermentasi ikan asal Batak Toba, Sumatera Utara. Bahan mentah yang biasanya digunakan adalah ikan Mas, ikan Gabus. Pengolahan Naniura dengan cara ikan disiangi dan dicuci bersih direndam dalam air jeruknipis selama + 3 jam atau dalam asam asetat kemudian difermentasikan dengan beras dalam wadah tertutup. (BBRP2BKP).

8.      Pudu
Pudu merupakan produk fermentasi ikan biasanya ikan tawar (ikan Mas atau ikan Mujahir) asal Kep. Riau. Proses pengolahannyahampir sama dengan produk fermentasi ikan lainnya yaitu : ikan disiangi dan dicuci bersih kemudian ditambahkan garam 20%, nasi 5%, asam kandis dan air secukupnya kemudian dimasukkan dalam botolyang tertutup rapat untuk berlangsunya proses fermentasi kurang lebih selama 2-3 hari. Kandungan gisi yang dihasilkan meliputi kadar protein 13-15% dan kadar lemak 1%, (BBRP2BKP).


Daftar Pustaka
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Irianto, H.E., Indriati, N., Amini, S. dan Sugiyono. 2003. Study on the processing of picungan, a traditional fermented fish product from Banten. Di dalam Proceeding of the JSPS – DGHE International workshop on processing technology of fisheries products. Semarang, 25 – 26 August 2003 (Ibrahim, R. et al. eds.). pp. 139 – 144.
Lee, Se Hee., Jung, Ji Young., Jeon, Che Ok. 2014. Effects of Temperature on Microbial Succession andMetabolite Change During Saeu-Jeot Fermentation. Food Microbiology 38 (2014) 16-25.
Xu, Wei., Gang Yu., Xue Changhu., Xue Yong., Ren Yan. 2008. Biochemical Changes Associated With Fast Fermentation of Squid Processing by – products for Low Salt Fish Sauce. Food Chemistry 107 (2008) 1597 – 1604.
            

Tuesday, September 2, 2014

Info Kost Sekitar Tembalang Undip


Info Kost :
- Lokasi sekitar kampur UNDIP Tembalang (Depan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip)
- Kamar 3 x 3,5 m (spring bed, meja & kursi, almari)
- Free WiFi

Kontak :
Bpk. Erwin (085641540824 / 081914651445)

Sunday, August 10, 2014

Rumput Laut


Rumput laut merupakan salah satu komoditi perikanan penting sebagai akselerator penggerak ekonomi perikanan di Indonesia. Kondisi geografis Indonesia yang terletak di iklim tropis, kaya akan sinar matahari dan mineral menjadikan perairan yang subur sebagai persyaratan tumbuh rumput laut. Rumput laut yang bernilai ekonomis penting di Indonesia didasarkan pada kandungan koloidnya seperti :
1.     Rumput laut penghasil agar (agarophyte) dari jenis Gracillaria sp, Gellidium sp, dan Gelidiella sp. Kualitas agar dari jenis ini ditentukan oleh proses purifiksi untuk menghilangkan kandungan sulfat. Kualitas agar dari jenis Gelidium dan Gelidiella lebih baik jika dibandingkan dengan dari jenis Gracillaria. Akan tetapi jenis Gracillaria (Gracillaria verucosa dan Gracillaria gigas) paling banyak dibudidayakan di tambak-tambak beberapa daerah di Indonesia seperti Sulawesi Selatan (Maros, Bone, Takalar, Jeneponto, Sinjai, Wajo, Paloppo), Lombok Barat, Pantai Utara Jawa (Serang, Tangerang, Bekasi, Karawang, Brebes, Pemalang, Tuban, dan Lamongan). Sementara untuk jenis Gellidium dan Gellidiela belum dapat dikulturkan artinya masih tersedia secara alami dari alam.

Gracillaria sp

Gelidium sp

Gelidiella sp

2.    Rumput laut penghasil karagenan (Carrageenophyta), rumput laut penghasil karagenan dari jenis alga merah (Rhodophyceae) tepatnya Eucheuma. Terdapat tiga jenis karagenan yaitu : Iota karagenan yang dihasilkan dari jenis spinosum, kappa karagenan dari cottoni, dan lambda karagenan. Iota karagenan lebih lembut dan fleksibel gelnya, Kappa karagenan kaku, rapuh dan keras, sedangkan lambda karagenan tidak dapat membentuk gel tetapi bentuknya berbentuk larutan kental. Eucheuma cottoni dan spinosum paling banyak dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan industri baik dalam negeri maupun luar negeri. E. Cottoni  di Indonesia paling banyak tumbuh disekitar perairan yang berkarang seperti di perairan Nanggroe Aceh Darussalam (Sabang), Sumatera Barat (Pantai Selatan, Mentawai), Riau (Kep. Riau dan Batam), Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Banten (Ujung Kulon), Kep. Seribu, Jawa Tengah (Karimunjawa dan Jepara), Jawa Timur (Situbondo, Madura dan Banyuwangi), Bali (Nusa Penida dan Nusa Lembongan), Nusa Tenggara Barat (Lombok Timur, Lombok Barat, Sumbawa, Bima, Dompu), Nusa Tenggara timur (Larantuka, Kupang, Maumere, Pulau Rote), Sulawesi Utara , Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan (Pulau Laut), Kalimantan Timur, Maluku (Pulau Seram, Halmahera, Pulau Aru dan Kei), Papua.
3.    Rumput laut penghasil alginat (Alginophyte), alginat merupakan substrat yang terdapat pada alga coklat (Phaeophyceae). Alga coklat penghasil alginat tumbuh di perairan sub tropis khususnya spesies Macrocytis, Laminaria, Aschophyllum, Nerocytis, Ecklonia, Fucus dan Sargassum. Akan tetapi ada juga alga coklat yang tumbuh di perairan tropis seperti Indonesia contohnya Sargassum, Turbinaria, Padina dan Dyctyota. Asam alginat atau yang sering disebut Gum merupakan bentuk garam dari asam alginat. Gum termasuk polisakarida, polisakarida asam alginat dan beberapa turunannya seperti fukoidan, funoran dan laminarian merupakan komponen yang menyusun dinding sel seperti selulosa dan pektin.
Alga coklat di perairan Indonesia terdapat 28 spesies dari 6 genus : Dyctyota, Padine, Hormophysa, Sargassum, Turbinaria dan Hydroclathrus. Na Alginat digunakan secara luas oleh industri makanan, obat-obatan, kosmetik, kertas, deterjen, cat, tekstik, latex, fotografi, kulit tiruan dan masih banyak lagi. Fungsi dari Na alginat sebagai pembentuk gel, emulsifier dan stabilizator, pensuspensi, binder, finishing, cloth ossification, forming structure, purifying, dan masih banyak lagi kegunaannya.
Secara garis besar kegunaan rumput laut dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel. Kegunaan Rumput Laut
Kegunaan
Agar
Karagenan
Alginat
Makanan dan Minuman



Ice cream, Yoghurt, Cream Wafer
v
v
V
Susu Coklat, Puding Instan

v
V
Minuman



Minuman Ringan, Jus Buah

v
V
Roti
v
v
v
Permen
v

V
Daging, ikan dalam kaleng
v
v
V
Saos, salad dressing



Salad dressing, kecap kedelai

v
V
Makanan Diet



Jelly, selai, Sirup Custard

v
V
Makanan Lainnya



Makanan Bayi

v
V
Non Makanan



Pakan hewan
v
v
V
Pakan Ikan


V
Cat, Keramik

v
V
Tekstil, kertas dan kaca
v

V
Obat-obatan dan kosmetik



Pasta gigi, shampoo, kapsul obat

v
V
Material Gigi


V
Sumber : Jana T Anggadireja. 2012.

Di Indonesia beberapa industri yang bergerak di bidang pengolahan rumput laut diantaranya :
Nama
Jenis
PT. Sinar Kencana
Karagenan
PT .Dunia Bintang Walet
Agar dan Semi Refined Carragenan (SRC)
PT. Galic Artha Bahari
Chip dan Powder
PT. Agarindo Bogatama
Agar
PT. Satellite Swallow
Agar
PT. Industry Gumindo Perkasa
SRC Chip dan Powder
PT. Giwang Citra Laut
SRC Chip dan Powder
Sumber : Jana T Anggadireja. 2012


Pustaka

Directorate of Business and Invesment. 2013. Profil of Business and Invesment Opportunities on Seaweed Industry in Indonesia III. Directorate General of Fisheries Product Processing and Marketing Ministry of Marine Affairs and Fisheries.